Senin, 28 Oktober 2013

entah berapa banyak pagi yang kulewatkan
tanpa lupa merautmu pada warna langit yang samar

kubiarkan saja parasmu mengawan disana
kubiarkan ia bertahta bersama mentari pagi yang penuh harap

hingga malam panjang menjelang
lalu aku kembali mengingatmu dalam-dalam


makassar, 28 oktober 2013

Rabu, 03 Juli 2013

Dari Bus Kota

dari bus kota...
jalan mengabur senyap di waktu yang basah
roda-roda berlomba dalam pergi dan pulang
mencari teduh pada lalu lintas yang gelisah

dari bus kota...
riuh pada sunyi yang kian beradu 
lagu-lagu mengalun tanpa ragu 
mengacak kembali ingatan yang tak jua beku

dari bus kota...
cahaya berganti menjadi hitam kelam 
menjemput lelah pada menit yang temaram
lalu kusandarkan rinduku pada jutaan watt lampu malam


jakarta, juli 2013

Jumat, 10 Mei 2013

When Harry Met Sally

wohooo i watch this movie for twice! Drama comedy romantic classic yang dirilis tahun 1989 ini, bercerita tentang sahabat lama yang kemudian bertemu kembali dan selanjutnya silahkan menebak sendiri :p 




When Harry Met Sally, Ketika Harry bertemu dengan Sally (Meg Ryan) dimulai ketika sally memberi tumpangan kepada pacar sahabatnya Harry Burns (Billy Crystal) dari Chicago menuju New York. Keduanya kemudian terlibat dalam perbincangan dan perdebatan yang panjang selama perjalanan menuju New York. Sally yang notabene adalah gadis yang cerdas dan kritis tidak semata-mata menerima pernyataan dari harry bahwa wanita dan pria tidak akan pernah bisa menjadi teman. Can men and women just be friends ? they will not! tegas harry.

Obrolan yang penuh argumentatif terus berlangsung, bahkan ketika mereka singgah di rumah makan dan setelah kembali melanjutkan perjalanan. Cerita yang disajikan sangat menarik, karakter harry dan sally yang bertolak belakang semakin menghidupkan cerita, hingga akhirnya mereka tiba di New York dan kemudian berpisah.



5 tahun kemudian sally dan harry bertemu di bandara, sally yang saat itu sedang mengantarkan pacarnya ternyata teman harry. Sally kala itu telah menjadi seorang jurnalis di majalah The News, dan harry seorang konsultan yang akan segera menikah. 



Mereka dipertemukan kembali 5 tahun berikutnya, harry dan sally tengah dalam keadaan baru saja berpisah dengan pasangan masing-masing. Namun sikap keduanya seperti biasa bertolak belakang, sally yang baru saja putus dengan pacarnya terlihat santai, tidak seperti harry yang mati-matian menahan kesedihan setelah bercerai dari istrinya. 



Setelah pertemuan itu, mereka bersahabat untuk waktu yang sangat lama. Harry kemudian menemukan sosok seseorang yang bisa menampung segala keluhan dan ceritanya pada seorang sally. Sally menjadi satu-satunya teman wanitanya yang tidak pernah dia kencani. Hingga akhirnya apa yang ditakutkan harry terjadi, they slept together! Mulanya mereka sama-sama sepakat bahwa hal itu hanyalah suatu kesalahan, hingga akhirnya mereka kemudian menyadari that they truly fall for each other for a long time.

Secara umum, mungkin cerita dari film ini terlihat klise, but thats life! hidup memang selalu penuh dengan keklisean. Pertemuan yang berlanjut pada persahabatan dan seterusnya. Tapi setidaknya kita belajar dari waktu yang tengah bergulir cukup lama terhadap makna dari pertemuan itu sendiri, terhadap hal-hal yang coba untuk kita hindari dan pungkiri, terhadap hal-hal yang terjadi tanpa sedikitpun kita rencanakan dan maksudkan, bahwa waktu telah menyelipkan cinta didalamnya *halaaaaaah* :p

Beberapa klip transisi antar bagian film dimana diselipkan beberapa pasangan orang tua yang menceritakan kisah awal pertemuan mereka hingga akhirnya menikah. Bagian ini semakin melengkapi drama comedy yang tetap memiliki nilai romantic yang classic! it must be my favorite part of all :'). And here they are, when harry and sally telling their story after knowing for 11 years before finally they get married and live happyly ever after :') 





I love that you get cold when it's 71 degrees out. I love that it takes you an hour and a half to order a sandwich. I love that you get a little crinkle above your nose when you're looking at me like I'm nuts. I love that after I spend the day with you, I can still smell your perfume on my clothes. And I love that you are the last person I want to talk to before I go to sleep at night. And it's not because I'm lonely, and it's not because it's New Year's Eve. I came here tonight because when you realize you want to spend the rest of your life with somebody, you want the rest of your life to start as soon as possible.


So, can men and women just be friends ? what do you think ? 






Pulang


Sejarah selalu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam ranah kehidupan. Sebuah momentum atas tragedi dan segala corak-corak kehidupan didalamnya yang kemudian akan selalu dikenang pada masa-masa mendatang. Sejarah Indonesia, Kerap diwarnai dengan pemberontakan, peristiwa-peristiwa berdarah di tanah air dan perjuangan.
Pulang, adalah sebuah novel dengan romansa percintaan, keluarga, persahabatan dan penghianatan dengan berlatar belakang 3 peristiwa sejarah. Indonesia G30S PKI 1965, Revolusi Prancis Mei 1968, dan Indonesia Mei 1998.
Cerita ini berpusat pada tokoh Dimas Suryo sebagai pemeran utama yang merupakan seorang eksil politik. Saat menghadiri konferensi jurnalis di Santiago dia justru tidak dapat kembali ke Indonesia, setelah meletusnya perstiwa 30 september 1965 dan suhu politik di Indonesia yang meningkat. Sementara beberapa temannya di Indonesia tengah mengalami perburuan dan penyiksaan karena dianggap memiliki kaitan dengan komunis.
Keadaan ini membawa Dimas Suryo dan ketiga sahabatnya Nugroho, Tjai, Risjaf menjadi sekumpulan stateless (sekumpulan orang tanpa identitas). Sebagai eksil politik, Dimas dan rekannya harus berpindah negara, berpindah kota, berubah pekerjaan, berubah keluarga, dan menetap di Paris hingga pencabutan paspor yang selalu membuat Dimas rindu untuk kembali pulang, ke Indonesia.

Paris, Mei 1968
Ketika gerakan mahasiswa berkecamuk di Paris, Dimas bertemu dengan Vivienne Deveraux yang pada saat itu ikut menjadi demonstran melawan pemerintah Prancis. Le Coup De Foudre atau falling for the first sight, keduanya kemudian menikah selama beberapa tahun.
Namun, keduanya berpisah karena Vivienne kemudian menyadari bahwa dia tidak akan pernah benar-benar memiliki Dimas pasca penemuan surat untuk Dimas dari Surti Anandari. Seseorang dari masa lalunya yang merupkan istri dari sahabatnya Hananto Prawiro yang telah ditangkap tentara dan dinyatakan tewas kala itu.
Keadaan semakin kompleks, ditengah kesibukan Dimas mengurus Restoran Tanah Air yang didirikan bersama rekannya empat pilar tanah air (nugroho, tjai, risjaf) di Paris. Dimas bersama rekannya acapkali menerima kabar bahwa beberapa kawan-kawannya di Indonesia dikejar, ditembak, atau menghilang begitu saja. Apalagi dia tidak bisa melupakan Surti Anandari bersama ketiga anaknya yang berbulan-bulan diinterogasi oleh tentara.


Jakarta, Mei 1998
Lintang Utara, puteri dari Dimas Suryo dan Vivienne Deveraux tengah disibukkan oleh tugas akhir kuliahnya. Lintang, ditugaskan untuk membuat film dokumentar tentang peristiwa berdarah di Indonesia pada september 1965.
Setelah berhasil memperoleh visa untuk masuk ke Indonesia, Lintang yang tidak hanya akan merekam sisa-sisa sejarah Indonesia pada 1965 itu, juga akan merekam pengalaman keluarga korban tragedi september 1965. Segala kesaksian yang belum terkuak akan diabadikan dalam film dokumentar The Voice From The Other Side (sebuah suara yang lain), yang selama 32 tahun tak boleh bersuara.
Dalam perjalanaanya mengumpulkan narasumber, Lintang bersama Sagara Alam putera dari Hananto dan Surti Anandari beserta Bimo putera dari Nugroho, ketiganya justru terlibat dan menjadi saksi mata apa yang kemudian menjadi kerusuhan terbesar dalam sejarah Indonesia. Kerusuhan Mei 1998 dan jatuhnya presiden yang telah berkuasa selama 32 tahun itu.

Leila S. Chudori mengisahkan novel ini dari sudut pandang semua tokoh. Novel yang menceritakan peristiwa sejarah dari tahun 1960an hingga 1998 ini, tidak hanya sebagai karangan cerita belaka, namun dapat menjadi catatan dari perjalanan bangsa. 

Rabu, 09 Januari 2013

Setitik Kesenangan dan Sebongkah Kewajiban


Do what you love and love what you do. Begitu kutipan di salah satu buku yang pernah saya baca, lakukan apa yang kamu cintai dan cintai apa yang kamu lakukan. 

Tapi siapa yang mampu menjamin seberapa lama kecintaan mu terhadap sesuatu itu bertahan ? seberapa lama  kesenangan tetap akan menjadi kesenangan ? lalu bagaimana jika kesenangan itu telah berganti menjadi kesenangan yang lain ? bagaimana menjalani kesenangan jika sudah tidak sepenuhnya lagi senang ? haruskah begitu saja ditinggalkan ? lalu siapa yang patut dipersalahkan ? diri sendiri kah ? 

Sekelebat, tumpukan pertanyaan ini seperti butiran hujan yang jatuh satu-satu tanpa permisi. Jatuh, tepat disaat keadaan benar-benar mengharuskan saya untuk bertahan, tepat disaat saya benar-benar tidak punya alasan lain untuk mundur, apalagi hanya karena alasan "sudah tidak senang". Konyol sekali memang, mempermasalahkan kesenangan, hal paling mendasar yang seharusnya tidak perlu menjadi permasalahan. Tapi saya bisa apa ? saya perlu merasakan sepenuhnya kesenangan untuk bisa bekerja secara maksimal, perlu melibatkan sepenuhnya rasa senang untuk memperoleh hasil yang sempurna. 

Tapi ketidaksenangan datang begitu saja entah bagaimana, pun kalau bisa memilih, jelas saya akan memilih untuk memiliki kesenangan yang sama, dengan takaran rasa senang yang tetap sama seperti diawal, tidak pernah berkurang sedikitpun. 

Lalu haruskah begitu saja ditinggalkan ? tentu tidak, ada yang namanya kewajiban. Sesuatu yang jika kau tinggalkan juga akan meninggalkan keganjalan dalam hidupmu, yang jika kau tinggalkan, maka akan meninggalkan ketidaksenangan yang jauh lebih besar dibandingkan ketidaksenangan yang menjadi alasan sebelumnya. Ada yang namanya komitmen, ada yang namanya tanggungjawab. Semuanya sebagai penyeimbang, sebagai pengingat ketika kau lupa bahwa kau pernah mencintai sesuatu dan berjanji untuk menyelesaikan apa yang kau mulai. 

Maka, jika saya harus memilih antara kesenangan dan kewajiban, tentu saya akan memilih kewajiban. Sebanyak apapun batu sandungan yang harus dilalui, pada akhirnya tidak ada pilihan lain selain bangkit untuk kembali memulai, karena akan menjadi dosa ketika ditinggalkan, meninggalkan kewajiban. Lalu, yang kau perlu hanya perlahan-lahan mencoba kembali menemukan kesenangan didalamnya.

Semoga menjalankan kewajiban tetap selalu menjadi kesenangan :')