Rabu, 09 Januari 2013

Setitik Kesenangan dan Sebongkah Kewajiban


Do what you love and love what you do. Begitu kutipan di salah satu buku yang pernah saya baca, lakukan apa yang kamu cintai dan cintai apa yang kamu lakukan. 

Tapi siapa yang mampu menjamin seberapa lama kecintaan mu terhadap sesuatu itu bertahan ? seberapa lama  kesenangan tetap akan menjadi kesenangan ? lalu bagaimana jika kesenangan itu telah berganti menjadi kesenangan yang lain ? bagaimana menjalani kesenangan jika sudah tidak sepenuhnya lagi senang ? haruskah begitu saja ditinggalkan ? lalu siapa yang patut dipersalahkan ? diri sendiri kah ? 

Sekelebat, tumpukan pertanyaan ini seperti butiran hujan yang jatuh satu-satu tanpa permisi. Jatuh, tepat disaat keadaan benar-benar mengharuskan saya untuk bertahan, tepat disaat saya benar-benar tidak punya alasan lain untuk mundur, apalagi hanya karena alasan "sudah tidak senang". Konyol sekali memang, mempermasalahkan kesenangan, hal paling mendasar yang seharusnya tidak perlu menjadi permasalahan. Tapi saya bisa apa ? saya perlu merasakan sepenuhnya kesenangan untuk bisa bekerja secara maksimal, perlu melibatkan sepenuhnya rasa senang untuk memperoleh hasil yang sempurna. 

Tapi ketidaksenangan datang begitu saja entah bagaimana, pun kalau bisa memilih, jelas saya akan memilih untuk memiliki kesenangan yang sama, dengan takaran rasa senang yang tetap sama seperti diawal, tidak pernah berkurang sedikitpun. 

Lalu haruskah begitu saja ditinggalkan ? tentu tidak, ada yang namanya kewajiban. Sesuatu yang jika kau tinggalkan juga akan meninggalkan keganjalan dalam hidupmu, yang jika kau tinggalkan, maka akan meninggalkan ketidaksenangan yang jauh lebih besar dibandingkan ketidaksenangan yang menjadi alasan sebelumnya. Ada yang namanya komitmen, ada yang namanya tanggungjawab. Semuanya sebagai penyeimbang, sebagai pengingat ketika kau lupa bahwa kau pernah mencintai sesuatu dan berjanji untuk menyelesaikan apa yang kau mulai. 

Maka, jika saya harus memilih antara kesenangan dan kewajiban, tentu saya akan memilih kewajiban. Sebanyak apapun batu sandungan yang harus dilalui, pada akhirnya tidak ada pilihan lain selain bangkit untuk kembali memulai, karena akan menjadi dosa ketika ditinggalkan, meninggalkan kewajiban. Lalu, yang kau perlu hanya perlahan-lahan mencoba kembali menemukan kesenangan didalamnya.

Semoga menjalankan kewajiban tetap selalu menjadi kesenangan :')

1 komentar:

  1. jangan berhenti untuk menggoreskan tinta sejarahmu!!!! cccccuuuyyyyzzzzzz naccchhhh!!!!!

    BalasHapus