Jumat, 10 Mei 2013

Pulang


Sejarah selalu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam ranah kehidupan. Sebuah momentum atas tragedi dan segala corak-corak kehidupan didalamnya yang kemudian akan selalu dikenang pada masa-masa mendatang. Sejarah Indonesia, Kerap diwarnai dengan pemberontakan, peristiwa-peristiwa berdarah di tanah air dan perjuangan.
Pulang, adalah sebuah novel dengan romansa percintaan, keluarga, persahabatan dan penghianatan dengan berlatar belakang 3 peristiwa sejarah. Indonesia G30S PKI 1965, Revolusi Prancis Mei 1968, dan Indonesia Mei 1998.
Cerita ini berpusat pada tokoh Dimas Suryo sebagai pemeran utama yang merupakan seorang eksil politik. Saat menghadiri konferensi jurnalis di Santiago dia justru tidak dapat kembali ke Indonesia, setelah meletusnya perstiwa 30 september 1965 dan suhu politik di Indonesia yang meningkat. Sementara beberapa temannya di Indonesia tengah mengalami perburuan dan penyiksaan karena dianggap memiliki kaitan dengan komunis.
Keadaan ini membawa Dimas Suryo dan ketiga sahabatnya Nugroho, Tjai, Risjaf menjadi sekumpulan stateless (sekumpulan orang tanpa identitas). Sebagai eksil politik, Dimas dan rekannya harus berpindah negara, berpindah kota, berubah pekerjaan, berubah keluarga, dan menetap di Paris hingga pencabutan paspor yang selalu membuat Dimas rindu untuk kembali pulang, ke Indonesia.

Paris, Mei 1968
Ketika gerakan mahasiswa berkecamuk di Paris, Dimas bertemu dengan Vivienne Deveraux yang pada saat itu ikut menjadi demonstran melawan pemerintah Prancis. Le Coup De Foudre atau falling for the first sight, keduanya kemudian menikah selama beberapa tahun.
Namun, keduanya berpisah karena Vivienne kemudian menyadari bahwa dia tidak akan pernah benar-benar memiliki Dimas pasca penemuan surat untuk Dimas dari Surti Anandari. Seseorang dari masa lalunya yang merupkan istri dari sahabatnya Hananto Prawiro yang telah ditangkap tentara dan dinyatakan tewas kala itu.
Keadaan semakin kompleks, ditengah kesibukan Dimas mengurus Restoran Tanah Air yang didirikan bersama rekannya empat pilar tanah air (nugroho, tjai, risjaf) di Paris. Dimas bersama rekannya acapkali menerima kabar bahwa beberapa kawan-kawannya di Indonesia dikejar, ditembak, atau menghilang begitu saja. Apalagi dia tidak bisa melupakan Surti Anandari bersama ketiga anaknya yang berbulan-bulan diinterogasi oleh tentara.


Jakarta, Mei 1998
Lintang Utara, puteri dari Dimas Suryo dan Vivienne Deveraux tengah disibukkan oleh tugas akhir kuliahnya. Lintang, ditugaskan untuk membuat film dokumentar tentang peristiwa berdarah di Indonesia pada september 1965.
Setelah berhasil memperoleh visa untuk masuk ke Indonesia, Lintang yang tidak hanya akan merekam sisa-sisa sejarah Indonesia pada 1965 itu, juga akan merekam pengalaman keluarga korban tragedi september 1965. Segala kesaksian yang belum terkuak akan diabadikan dalam film dokumentar The Voice From The Other Side (sebuah suara yang lain), yang selama 32 tahun tak boleh bersuara.
Dalam perjalanaanya mengumpulkan narasumber, Lintang bersama Sagara Alam putera dari Hananto dan Surti Anandari beserta Bimo putera dari Nugroho, ketiganya justru terlibat dan menjadi saksi mata apa yang kemudian menjadi kerusuhan terbesar dalam sejarah Indonesia. Kerusuhan Mei 1998 dan jatuhnya presiden yang telah berkuasa selama 32 tahun itu.

Leila S. Chudori mengisahkan novel ini dari sudut pandang semua tokoh. Novel yang menceritakan peristiwa sejarah dari tahun 1960an hingga 1998 ini, tidak hanya sebagai karangan cerita belaka, namun dapat menjadi catatan dari perjalanan bangsa. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar