Sejarah
selalu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam ranah kehidupan. Sebuah
momentum atas tragedi dan segala corak-corak kehidupan didalamnya yang kemudian
akan selalu dikenang pada masa-masa mendatang. Sejarah Indonesia, Kerap
diwarnai dengan pemberontakan, peristiwa-peristiwa berdarah di tanah air dan
perjuangan.
Pulang,
adalah sebuah novel dengan romansa percintaan, keluarga, persahabatan dan
penghianatan dengan berlatar belakang 3 peristiwa sejarah. Indonesia G30S PKI
1965, Revolusi Prancis Mei 1968, dan Indonesia Mei 1998.
Cerita
ini berpusat pada tokoh Dimas Suryo sebagai pemeran utama yang merupakan
seorang eksil politik. Saat menghadiri konferensi jurnalis di Santiago dia
justru tidak dapat kembali ke Indonesia, setelah meletusnya perstiwa 30
september 1965 dan suhu politik di Indonesia yang meningkat. Sementara beberapa
temannya di Indonesia tengah mengalami perburuan dan penyiksaan karena dianggap
memiliki kaitan dengan komunis.
Keadaan
ini membawa Dimas Suryo dan ketiga sahabatnya Nugroho, Tjai, Risjaf menjadi
sekumpulan stateless (sekumpulan orang tanpa identitas). Sebagai eksil politik,
Dimas dan rekannya harus berpindah negara, berpindah kota, berubah pekerjaan,
berubah keluarga, dan menetap di Paris hingga pencabutan paspor yang selalu
membuat Dimas rindu untuk kembali pulang, ke Indonesia.
Paris, Mei 1968
Ketika
gerakan mahasiswa berkecamuk di Paris, Dimas bertemu dengan Vivienne Deveraux
yang pada saat itu ikut menjadi demonstran melawan pemerintah Prancis. Le Coup De Foudre atau falling for the first sight, keduanya
kemudian menikah selama beberapa tahun.
Namun,
keduanya berpisah karena Vivienne kemudian menyadari bahwa dia tidak akan
pernah benar-benar memiliki Dimas pasca penemuan surat untuk Dimas dari Surti
Anandari. Seseorang dari masa lalunya yang merupkan istri dari sahabatnya
Hananto Prawiro yang telah ditangkap tentara dan dinyatakan tewas kala itu.
Keadaan
semakin kompleks, ditengah kesibukan Dimas mengurus Restoran Tanah Air yang
didirikan bersama rekannya empat pilar tanah air (nugroho, tjai, risjaf) di
Paris. Dimas bersama rekannya acapkali menerima kabar bahwa beberapa
kawan-kawannya di Indonesia dikejar, ditembak, atau menghilang begitu saja.
Apalagi dia tidak bisa melupakan Surti Anandari bersama ketiga anaknya yang
berbulan-bulan diinterogasi oleh tentara.
Jakarta, Mei 1998
Lintang
Utara, puteri dari Dimas Suryo dan Vivienne Deveraux tengah disibukkan oleh tugas
akhir kuliahnya. Lintang, ditugaskan untuk membuat film dokumentar tentang
peristiwa berdarah di Indonesia pada september 1965.
Setelah
berhasil memperoleh visa untuk masuk ke Indonesia, Lintang yang tidak hanya
akan merekam sisa-sisa sejarah Indonesia pada 1965 itu, juga akan merekam
pengalaman keluarga korban tragedi september 1965. Segala kesaksian yang belum
terkuak akan diabadikan dalam film dokumentar The Voice From The Other Side (sebuah suara yang lain), yang selama
32 tahun tak boleh bersuara.
Dalam
perjalanaanya mengumpulkan narasumber, Lintang bersama Sagara Alam putera dari
Hananto dan Surti Anandari beserta Bimo putera dari Nugroho, ketiganya justru
terlibat dan menjadi saksi mata apa yang kemudian menjadi kerusuhan terbesar
dalam sejarah Indonesia. Kerusuhan Mei 1998 dan jatuhnya presiden yang telah
berkuasa selama 32 tahun itu.
Leila
S. Chudori mengisahkan novel ini dari sudut pandang semua tokoh. Novel yang
menceritakan peristiwa sejarah dari tahun 1960an hingga 1998 ini, tidak hanya
sebagai karangan cerita belaka, namun dapat menjadi catatan dari perjalanan
bangsa.